@article{Wahyungestisari2020, abstract = {Beras merupakan bahan makanan pokok yang setiap bulannya selalu mengalami kenaikan dan penurunan harga, disebabkan adanya beberapa faktor. Hal ini menimbulkan ketertarikan untuk dilakukannya prediksi harga beras periode selanjutnya. Berdasarkan data rata-rata harga beras bulanan di tingkat grosir pada tahun 2010-2018 yang diperoleh dari situs resmi BPS, fluktuasi harga beras cenderung mengikuti pola musiman. Metode ARIMA merupakan metode yang paling sering digunakan dalam melakukan peramalan data berpola musiman. Metode lain yang dapat digunakan dalam melakukan peramalan harga beras adalah Jaringan Syaraf Tiruan metode Backpropagation. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan terhadap kedua metode tersebut untuk menentukan metode yang lebih akurat dalam melakukan peramalan harga beras. Kriteria ukuran kesalahan peramalan yang digunakan untuk mengetahui ketepatan hasil peramalan adalah menghitung Mean Squared Error (MSE) dari data hasil ramalan masing-masing metode dengan data out sample (Januari 2019- Desember 2019). Berdasarkan hasil peramalan dengan metode ARIMA diperoleh model ARIMA terbaik adalah ARIMA (1,1,0) (0,1,1)12 dengan nilai MSE 51695.36. Sedangkan dengan Jaringan Syaraf Tiruan metode Backpropagation untuk 6 tahun model pelatihan dan 4 tahun untuk model pengujian, diperoleh model arsitektur terbaik adalah JST 12-7-1 dengan nilai MSE 43475.02. Dengan demikian metode yang paling optimal untuk memprediksi harga beras periode selanjutnya adalah JST 12-7-1.}, author = {Ngestisari, Wahyu}, doi = {https://doi.org/10.33096/ijodas.v1i3.18}, journal = {Indonesian Journal of Data and Science}, keywords = {ARIMA,Harga Beras,Jaringan Syaraf Tiruan,Peramalan}, number = {3}, pages = {96--107}, title = {{The Perbandingan Metode ARIMA dan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Peramalan Harga Beras}}, volume = {1}, year = {2020} }